Kamis, 01 Oktober 2015

Kenapa Indonesia Lebih Memilih China dari pada Jepang dalam Proyek Kereta Api Cepat?


Baru - baru pemerintahan telah memutuskan siapa pemegang Proyek Kereta Api Cepat, pemenangnya adalah China, bukan tanpa alasan Indonesia memilih China sebagai pemegang proyek terlebih Jepang juga mempunyai teknologi kereta api yang tidak kalah canggih, dengan kecepatan 584 km/jam. Ya memang bukan hanya faktor teknologi saja sebagai penentu, lalu? Proyek ini memakan dana puluhan trilliun jadi memang seharusnya juga melihat dari faktor kemampuan ekonomi yang ada di Indonesia, juga keuntungan apa saja yang didapat jika Indonesia memilih negara tersebut.



Pelaksanaan proyek yang ditaksir membutuhkan Uang sekitar Rp 60 triliun tersebut akan digelar dengan model kerjasama business to business (B to B) antara investor China dengan konsorsium badan usaha milik negara (BUMN).

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Sofyan Djalil mengatakan, pemerintah telah memutuskan mengubah model kerja sama proyek dari goverment to goverment (G to G) menjadi B to B.

"Kami merasa model kerja sama B to B ini yang bisa menawarkan hanya China," kata dia di kantornya, Rabu (30/9/2015).

Asal tahu saja, Pemerintah Jepang dan China sebelumnya saling bersaing untuk dapat menjalin hubungan dengan Indonesia dalam menggarap proyek kereta cepat dengan model kerja sama G to G.
Kedua negara tersebut sama-sama telah mengajukan proposal studi kelayakan atawa feasibility study (FS) proyek agar bisa dipilih pemerintah.

Namun, kondisi anggaran negara serta pertimbangan ketepatan pembangunan infrastruktur nasional membuat Indonesia berubah pikiran, dan memutuskan tidak akan merogoh uang pemerintah untuk proyek kereta cepat.

Sehingga, nantinya proyek tersebut seluruh investasinya akan disiapkan oleh swasta.
Nah dengan skema baru ini, rencana kerja sama dengan Jepang pun dipastikan berakhir. Sebab, BUMN Jepang maupun kalangan swastanya kesulitan masuk ke Indonesia karena terbentur regulasinya. "Praktis tidak bisa," ujar Sofyan.

Di sisi lain, pemerintah China justru paling siap dengan skema B to B.
Meskipun pemerintah memastikan tidak akan berinvestasi baik lewat APBN langsung, penyertaan modal negara (PMN) ke BUMN, ataupun melalui jaminan pinjaman.

Sofyan bilang, untuk pelaksanan proyek tersebut Bappenas menyerahkan mekanismenya kepada Kementerian BUMN mengingat nantinya akan melibatkan konsorsium perusahaan pelat merah.
"BUMN juga yang punya inisiatif pengerjaan proyek kereta cepat ini bisa lewat model B to B, nantinya tentu bersama investor China," ujarnya.

Adapun BUMN yang akan terlibat dalam konsorsium proyek kereta cepat meliputi PT Wijaya Karya Tbk, PT Jasa Marga, PT Kereta Api Indonesia, serta PT Perkebunan Nusantara VIII.

Terkait PMN kepada BUMN, Sofyan bilang, usulan penambahan modal dari PT Wijaya Karya senilai Rp 3 triliun dalam rancangan APBN 2016 nantinya harus dialihkan ke proyek lain dan tidak boleh dialokasikan untuk proyek kereta cepat.

"Sehingga, nanti kontribusi BUMN ke pemerintah hanya berupa hasil pendapatan saja," kata dia.

Dengan hasil keputusan pemerintah Indonesia, pemerintahan Jepang sangat kecewa dengan keputusan itu

"Pemerintah Jepang yakin proposal kami masih lebih baik dan menjanjikan. Kami berharap transparansi dan keadilan dari Pemerintah Indonesia. Kami berharap di masa depan, mereka akan lebih transparan dan adil," kata pejabat Kedutaan Jepang, Kijima.

Namun saat ini, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Sofyan Djalil diketahui tengah berada di Jepang. Belum diketahui agenda Sofyan di negeri Matahari Terbit itu. Namun, diduga, Sofyan mengabarkan pilihan pemerintah Indonesia itu kepada Tokyo dan melobi untuk menawarkan kesempatan investasi lainnya.

Well... Menurut analis, siapa pun yang berhasil memenangi proyek itu, bisa menjadi calon terbesar untuk proyek jalur kereta di kawasan Asia Tenggara, termasuk yang menghubungkan Kuala Lumpur dan Singapura.

Dan faktor terakhir Jepang dikalahkan China, karena telah membangun ribuan kilometer kereta berkecepatan tinggi dalam 12 tahun terakhir. Tapi, standar keselamatan masih kurang karena adanya kecelakaan pada 2011 silam yang menewaskan sedikitnya 40 orang dan melukai 200 orang lainnya.

Patut ditunggu hasil dari proyek ini, semoga pemerintahan Indonesia mengambil keputusan yang tepat dan memiliki manfaat yang banyak untuk warganya.

sumber : www.merdeka.com
               www.viva.co.id
               www.bisniskeuangan.kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komunikasi Bisnis Manajer

Nama           : Yusuf Alexander Jaya NPM            : 1C214608 Kelas            : 4EA25 Mata Kuliah : Komunikasi Bisnis ...