Sabtu, 02 Agustus 2014

Danau Para Sufi

     Dalam salah satu perjalanan yang dilakukan oleh sulaiman ,sulaiman tiba di perkampungan para sufi. Kalian tahu apa itu sufi? Sufi adalah orang-orang yang tidak mencintai dunia dan seisinya. Mereka lebih sibuk memikirkan hal lain. Memikirkan filsafat hidup, makna hidup, dan prinsip-prinsip hidup yang agung. Ia tahu, di antara banyak sufi, tidak semuanya berhasil mencapai pemahaman yang sempurna tentang kehidupan.Ada yang baru tertatih belajar tentang kenapa dia harus hidup. Ada yang sudah mencapai pemahaman apa tujuan dan makna hidup, ada pula yang telah berhasil melakukan perjalanan spritual hingga memahami hakikat sejati kebahagiaan hidup.
     Itu pertanyaan terpenting sulaiman. Apa hakikat sejati kebahagiaan hidup? Apa definisi kebahagiaan? Kenapa tiba-tiba kita merasa senang dengan sebuah hadiah, kabar baik, atau keberuntungan? Mengapa kita tiba-tiba sebaliknya merasa sedih dengan sebuah kejadian,kehilangan, atau sekadar kabar buruk? Kenapa hidup kita seperti dikendalikan sebuah benda yang disebut hati? Tidak ada di antara sekelompok sufi itu yang bisa memberi penjelasan memuaskan. Mereka menggeleng, hingga pada akhirnya mereka menyarankan ia untuk bertemu salah satu sufi besar, ribuan muridnya,bijak orangnya, boleh jadi dia tahu jawabanya.
     Ia menemui sang Guru, Guru itu menerima ia dengan ramah, memberi ia kesempatan bertanya. Pertanyaan Sulaiman hanya satu. Apa hakikat sejati kebahagiaan hidup? Dengan memahaminya, seluruh kesedihan akan menguap seperti embun terkena sinar matahari. Dengan memilikinya, setiap hari kita bisa menghela napas bahagia. Sang Guru terdiam lama, menggeleng, berkata bahwa sulaiman memberikan pertanyaaan yang dia tidak tahu, tidak ada orang di dunia ini yang bisa menjawabnya.Ia mendesah kecewa,kemana lagi harus mencari tahu. Sang Guru menatap matanya lamat-lamat, berfikir sejenak, Seberapa tangguh ia berusaha mencari tahu? Sulaiman berkata mantap, apapun akan ia lakukan.
      Sang Guru tersenyum. Dia memberikan pekerjaan teraneh yang pernah Sulaimah tahu. Seratus mil dari lereng gunung tempat dia bermukim terdapat tanah luas di tepi hutan. Ada perkampungan dekat hutan itu. Perkampungan itu butuh sumber danau di tanah luas itu. Benar- benar danau itu bukan sebuah pekerjaan mudah, ia tertawa pelan membuat napasnya sedikit tersengal.
    Sang Guru bilang "ketika kau berasil membuat danau indah yang jernih bagai air mata,kau akan mendapatkan jawaban dari hakikat sejati kebahagiaan. Berangkatlah, setahun kemudan aku akan datang, aku akan melihat apakah dana itu sudah sebening air mata."
         Kalian tahu? tidak terbilang tanah yang harus Sulaiman pindahkan. Berkubang licak setiap hari, Mulai bekerja saat matahari terbit, baru berhenti saat matahari tenggelam. Sulaiman baru berhenti saat galian itu memiliki kedalaman tiga meter luasnya sebesar lapangan bola, pekerjaan ia baru setengah selesai..Ia kemudian membuat parit-parit dari mata air yang ada dihutan, mengalirkannya ke lubang danau. Setahun berlalu, danau itu jadi. Sulaiman tersenyum senang, Tidak lama lagi jawaban pertayaan itu akan datang, Lihatlah, danau yang sulaiman buat sebening air mata.
       Sesuai janji, sang Guru datang menjenguk ia pada hari yang ditentukan. Sialnya, malam sebelum dia datang hujan turu. Mata air dihutan menjadi kotor. Sulaiman yang semangat mengajak sang Guru ke tepi danau mendesah kecewa. Lihat, danau yang ia buat jauh dari bening, berubah keruh. Sang Guru menepuk bahu sulaiman dan berkata tidak boleh putus asa. Tahun depan sang Guru akan kembali..
       Setelah memikirkan jalan keluarnya, Sulaiman memutuskan membuat saringan di setiap parit, agar air keruh dan kotor dari mata air ketika hujan turun tetap bening saat tiba di danau. Sulaiman mengerjakanya dengan senang hati. Ia juga memperbaiki seluruh saluran parit yang bermuara ke danau. Memastikan sumbernya tidak ada yang bermasalah. Sedikit saja ada air keruh masuk. danau sekristal air mata langsung keruh,
     Setahun berlalu lagi. sang Guru datang menjenguk Sulaiman. Lihat, danau buatan Sulaiman indah tiada terkira. Pantulan dedaunan di atas permukaan danau seperti nyata. Sang Guru menggeleng, dia meraih sepotong bambu panjang, lantas Sulaiman berseru mencegahnya. Itu akan membuat danau keruh. Benar saja, lantai danau yang terbuat dari tanah danau langsung keruh. Benar saja, lantai danau yang terbuat dari tanah langsung mengeluarkan kepul lumour dengan kecokelatan. Dalam sekejap, danau bening itu musnah. Sang Guru menepuk-nepuk bahu Sulaiman lalu berkata, "kau pikirkan lagi,tahun depan aku akan kembali."
    Sulaiman diam sejenak, menarik napas pelan.

  Kalian tahu, sulaiman seperti dipermainkan. Apalagi yang kurang dari danaunya? Dua tahun sia-sia.Baiklah,ia tahu apa yang harus dikerjakan. Sulaiman memutuskan untuk menggali danau sedalam mungkin hingga menyentuk dasar bebatuan, menyentuh mata airnya. Setahun berlalu, ia masih berkutat menyingkirkan tanah-tanah, kedalaman danau sepuluh meter. Sang Guru datang, melihat dengan takzim sulaiman yang sibuk bekerja. Dua tahun berlalu, ia masih berkutat menyentuh dasar kebebatuan, Tiga tahun berlalu, setelah bekerja siang malam, akhirnya ia berhasil menyentuh dasar bebatuan, Air keluar deras dari sela- sela batunya. Sulaiman tertawa senang. Semua parit Sulaiman tutup. Danau itu sempurna hanya digenangi air dari mata airnya sendiri.
     Guru datang pada hari ynag dijanjikan. Dia tertawa renyah melihat danau yang bagai kristal air mata. Tetap bening meski ada yang menusuk-nusuk dasarnya, tetap dengan cepat kembali bening meski ada air dari parit yang bocor dan sejenak membuat keruh. Sang Guru bertanya kepada sulaiman, apakah ia masih butuh penjelasan atas pertanyaan itu. Sulaiman menggeleng, Hari itu Sulaiman sudah tahu semua jawabanya. Setelah lima tahun bekerja keras, hanya untuk memahami sebuah kebijaksanaan hidup sederhana, Sulaiman tahu jawabannya.

Jadi apa kesimpulan yang kalian dapat dari cerita ini? Bagi gue sendiri sih :
Kita tidak akan pernah merasakan kebahagiaan sejati dan kebahagiaan yang datang dari luar hati kita, hadiah mendadak, kabar baik, keberuntungan, harta benda yang datang, pangkat, jabatan, semua itu tidak hakiki. Itu datang dari luar. Saat semua itu hilang, dengan cepat hilang pula kebahagiaan. Sebaliknya rasa sedih, kehilangan, kabar buruk, nasib buruk, itu semua juga datang dari luar. Saat semua itu datang dan hati lo dangkal, hati lo seketika keruh berkepanjangan.
Berbeda halnya jika lo punya mata air sendiri didalam hati. Mata air dalam hati itu kongkret. Amat terlihat. Mata air itu menjadi sumber kebahagiaan tidak terkira. Bahkan ketika musuh lo mendapatkan kesenangan, keberuntungan, lo bisa ikut senang atas kabar baiknya, ikut berbahagia gitu deh.. karena hati lo lapang dan dalam. Sementara orang- orang yang hatinya dangkal, sempit, tidak terlatih, bahkan ketika sahabat baiknya mendapat nasib baik, dia dengan segera iri gati dan gelisah, padahal apa susahnya kita ikut senang.
Btw Thanks ya yang udah mau meluangkan waktu untuk membaca postingan ke dua gue ini, pegel sih tangan harus ngetik segitu panjangnya, tapi gue puas kalau bisa berbagi ilmu kesesama :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komunikasi Bisnis Manajer

Nama           : Yusuf Alexander Jaya NPM            : 1C214608 Kelas            : 4EA25 Mata Kuliah : Komunikasi Bisnis ...